BacaJogja — Langit sore di kawasan laguna Pantai Glagah menjadi saksi peluncuran identitas budaya baru Kabupaten Kulon Progo. Dalam acara bertajuk Romansa Pansela 2025, Bupati Kulon Progo R. Agung Setyawan bersama Wakil Bupati Ambar Purwoko secara resmi memperkenalkan dua motif batik khas Kulon Progo yang baru: Songsong Agung Ngambararum dan Binangun Kertoraharjo, Jumat (13/6/2025).
Tak sekadar motif baru, peluncuran batik ini menjadi momentum penting dalam upaya menguatkan jati diri daerah melalui warisan budaya. Digelar di destinasi wisata andalan Kulon Progo, acara ini bukan hanya simbolik, tapi juga menyuarakan semangat transformasi kultural dan ekonomi.
Dari Filosofi Wayang ke Kain Batik
Motif batik Songsong Agung Ngambararum dan Binangun Kertoraharjo tidak lahir sembarangan. Keduanya membawa narasi filosofis yang kuat. Terinspirasi dari dunia pewayangan, unsur gunungan menggambarkan perjalanan hidup manusia—dari awal hingga akhir, dari gelap menuju terang. Sedangkan elemen pare anom (padi muda) mencerminkan harapan, pertumbuhan, dan kemakmuran.
Baca Juga: Anggy dan Malam Terakhir: Sebuah Nyawa di Antara Rute dan Risiko
“Ini bukan sekadar batik, tetapi cara kami meneguhkan kembali identitas dan filosofi Kulon Progo Binangun,” tegas Bupati Agung Setyawan. Menurutnya, proses pemilihan desain dilakukan secara terbuka dan profesional, dengan melibatkan 23 peserta yang mengajukan rancangan batik.
Hasilnya, terpilih dua motif unggulan:
- Songsong Agung Ngambararum karya Bayu Permadi, akan digunakan untuk seragam resmi ASN dan pejabat daerah.
- Binangun Kertoraharjo, difungsikan untuk seragam sekolah, pegawai, dan perusahaan daerah.
“Kami ingin batik ini hadir di setiap lini kehidupan masyarakat Kulon Progo, dari sekolah hingga perkantoran,” ujar Sekda Kulon Progo, Triyono, SIP., M.Si.
Baca Juga: Kim’s Bar & Kitchen Jogja: Sajikan Fusion Japanese, Italia, dan Western dalam Suasana Homy Elegan
Inovasi Digital: UMKM Kulon Progo Masuk E-Commerce
Tak hanya budaya yang ditonjolkan, pemerintah juga menyiapkan infrastruktur ekonomi yang adaptif terhadap zaman. Bersamaan dengan peluncuran batik, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo merilis aplikasi e-commerce Pay-On Pro, sebagai platform digital untuk menjual produk UMKM lokal.
“Ini bentuk keberpihakan kami terhadap pelaku UMKM, agar mereka bisa masuk ke pasar digital,” kata Triyono. Ia menyebut, sudah ada 330 UMKM dengan 2.038 produk yang lolos kurasi dan siap dipasarkan melalui aplikasi tersebut.
Kurasi produk dilakukan rutin setiap hari Jumat, untuk memastikan kualitas dan daya saing produk lokal yang dijual.
Baca Juga: Yogyakarta Punya Mahakarya Baru! Jembatan Pandansimo 1,9 KM Angkat Wisata Bantul dan Kulon Progo
Sinergi Budaya, Ekonomi, dan Pariwisata
Romansa Pansela 2025 bukan sekadar seremoni peluncuran. Acara ini menyatukan elemen budaya, ekonomi kreatif, dan strategi promosi pariwisata. Penandatanganan kerja sama antara Dinas Pariwisata Kulon Progo dan PT Angkasa Pura Indonesia menjadi penanda sinergi nyata dalam memajukan sektor pariwisata melalui jalur transportasi udara.
“Melalui kerja sama ini, kami ingin promosi pariwisata Kulon Progo bisa menjangkau lebih luas, terutama melalui Bandara YIA,” ujar Agung.
Selain itu, digelar pula Fashion Show batik terbaru, penyerahan sertifikat HAKI Batik Kulon Progo, dan peluncuran slogan baru: “Kulon Progo Kumandhange Bumi Jawa” sebagai bagian dari strategi rebranding daerah.
Baca Juga: Promo Mandiri Jogja Marathon 2025: Cashback, Diskon, dan Hadiah Eksklusif untuk Nasabah
Hadirkan Kebanggaan Baru
Peluncuran motif batik ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh dan pemangku kepentingan di Kulon Progo, mulai dari Ketua DPRD, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Forkopimda, kepala sekolah, hingga General Manager NYIA.
Agung berharap, batik ini akan membangkitkan kembali rasa memiliki masyarakat terhadap budaya lokal. “Kita ingin simbol-simbol seperti gunungan kembali hadir di tempat-tempat strategis, di bangunan publik, dan di hati masyarakat Kulon Progo,” ujarnya.
Menurutnya, batik bukan sekadar pakaian. Ia adalah narasi kultural yang membentuk karakter, membangun identitas, dan memperkuat daya saing daerah. []