BacaJogja – Senyap malam yang biasanya damai di Padukuhan Karang Tempel, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, pecah oleh kepanikan yang terbungkus keheningan duka. Senin larut malam, sekitar pukul 23.30 WIB, sebuah tragedi tak terduga menghampiri salah satu rumah warga, menyisakan tanya dan kegetiran.
Suasana dingin jelang pergantian hari itu menjadi saksi bisu upaya pencarian yang berujung pada penemuan yang meremukkan hati.
Adalah Ismanto (28), tetangga korban, yang mengawali penelusuran. Khawatir lantaran tak mendapati M (56) di kamar tidurnya, pria itu terus mencari hingga ke bagian belakang rumah. Langkah kaki di tanah yang mulai basah embun terasa berat.
Di sanalah, di kegelapan yang diterangi samar lampu, Ismanto terperosok dalam kenyataan pahit. M ditemukan tergantung, tak bernyawa. Lehernya terlilit seutas tali tampar yang terikat kencang pada kayu blandar. Pemandangan itu, sebuah goresan abadi yang sulit terhapus dari ingatan.
Baca Juga: Curhat Warganet: Tas dan HP Milik Pacar Hilang Usai Kecelakaan di Palbapang Bantul
Respons Cepat di Tengah Duka
Dalam keterkejutan itu, naluri kemanusiaan Ismanto bergerak cepat. Ia segera memanggil Mujiyem (58), warga sekitar, yang juga merasakan getaran tak biasa dari sunyi yang tiba-tiba tegang. Kabar duka yang tak terhindarkan itu kemudian menyebar perlahan, dari pintu ke pintu, membangunkan warga dari tidur lelap.
Tak butuh waktu lama, informasi krusial itu mencapai telinga aparat. Kecepatan warga Karang Tempel dalam melapor patut diacungi jempol. Bhabinkamtibmas Pendowoharjo langsung diterjunkan. Disusul kemudian oleh tim gabungan dari Polsek Sewon, tim Inafis dan Unit Reskrim Polres Bantul, serta tenaga medis dari Puskesmas Sewon I.
Lokasi kejadian sontak menjadi pusat perhatian. Lampu sorot petugas memecah kegelapan, menerangi rangka atap tempat tali tampar itu terikat pada tiang molo. Sebuah pengukuran presisi dilakukan: panjang tali sekitar 66 sentimeter, dengan jarak kaki korban ke lantai hanya sekitar 30 sentimeter—sebuah detail yang memastikan alur tragis peristiwa itu.
Baca Juga: Ketagihan Judi Online dan Mabuk, Pria Magelang Nekat Curi Motor Teman di Parangkusumo Bantul
Kesimpulan di Balik Garis Polisi
Pemeriksaan forensik dan medis dilakukan dengan teliti. Kasi Humas Polres Bantul, Iptu Rita Hidayanto, mengonfirmasi hasil yang menghilangkan segala spekulasi. “Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa korban meninggal dunia murni akibat gantung diri,” terang Iptu Rita di lokasi.
Jejak di leher korban menjadi bukti kuat, namun tim Inafis dan dokter Puskesmas Sewon I memastikan tidak ada tanda-tanda penganiayaan. Kondisi tubuh korban yang belum kaku saat dievakuasi menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi belum lama sebelum ditemukan.
Di tengah kesibukan olah TKP, pihak keluarga mengambil sikap yang penuh keikhlasan. Mereka menerima kepergian M sebagai musibah takdir, menolak proses visum maupun autopsi yang lebih mendalam. Surat pernyataan resmi pun ditandatangani, mengakhiri proses hukum atas tragedi yang mereka hadapi.
Tragedi ini sekali lagi mengingatkan tentang kerapuhan hidup dan pentingnya mata yang peduli di lingkungan sekitar. Aparat kepolisian, melalui Iptu Rita, menggarisbawahi himbauan yang sering terlupakan:
“Kami mengimbau masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Segera laporkan kepada aparat apabila mengetahui adanya kejadian serupa untuk penanganan cepat dan tepat,” tutupnya.
Baca Juga: Air Kehidupan dari Gunungkidul: Harapan Sri Sultan dan AHY untuk Petani dan Warga Kian Sejahtera
Di bawah langit Karang Tempel yang kini telah kembali sunyi, kisah M meninggalkan pesan mendalam bagi setiap tetangga dan warga; bahwa kepedulian sekecil apapun adalah jaring pengaman sosial yang tak ternilai harganya. Sunyi malam itu mungkin menyimpan banyak cerita, namun duka yang hadir haruslah menjadi pengingat untuk saling menjaga.
Kepergian M adalah alarm bagi kita semua bahwa duka batin sering kali tak kasatmata. Tragedi di Karang Tempel ini menegaskan kembali betapa vitalnya membangun ruang aman untuk berbicara dan mendengarkan. Jika Anda atau orang terdekat merasakan beban yang teramat berat, ingatlah bahwa pertolongan selalu tersedia. Jangan pernah ragu untuk menghubungi layanan konseling profesional atau mencari dukungan psikologis.
Di Indonesia, Anda bisa mengakses layanan darurat kesehatan mental seperti layanan Sehat Jiwa (SEJIWA) di nomor 119 ext. 8 atau LSM Jangan Bunuh Diri untuk konseling segera. Kepedulian sesama adalah kunci, dan menghubungi bantuan adalah langkah berani yang menyelamatkan jiwa.[]






