Yogyakarta – Kondisi kebugaran jasmani anak-anak tunanetra di sekolah luar biasa atau SLB cenderung rendah. Pihak sekolah dalam meningkatkan kebugaran jasmani dengan memberikan olahraga.
Namun, beberapa kendala dihadapi seperti keterbatasan alat, ruang, dan pengetahuan guru. Kendala lain, kegiatan kurang variatif dan cenderung membuat siswa cepat bosan.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah program pelatihan untuk meningkatan kebugaran jasmani anak-anak tunanetra. Inilah yang dilakukan sekelompok mahasiswa UNY yang menggagas metode baru untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak tunanetra.
Baca Juga:
Mereka adalah Andri Bangsawan prodi Ilmu Keolahragaan, Destiyani prodi Pendidikan Anak Usia Dini, Nur Afifah prodi Pendidikan Luar Biasa serta Yustia Pramesti dan Wulan Febrianingsih prodi Pendidikan IPA. Metode yang diciptakan adalah ‘Peningkatan Kebugaran Jasmani Anak Tunanetra dengan metode Fun Art berbasis Permainan Tradisional Nusantara’.
Andri Bangsawan mengatakan, awal munculnya ide lahir dari rasa prihatin kepada siswa di SLB yang memiliki kebugaran jasmani yang kurang karena keterbatasan penglihatan. Kemudian muncul ide melakukan terapi fisik terhadap siswa tunanetra tersebut.
Dia kemudian membentuk tim untuk menyusun program latihan terapi untuk meningkatkan kebugaran jasmani. “Program ini menyesuaikan dengan karakteristik anak tunanetra. Dalam keterbatasan mereka tetap bisa melakukan dengan maksimal,” katanya dalam rilis tertulis yang diterima BacaJogja, Rabu, 17 Maret 2021.
“Program ini menyesuaikan dengan karakteristik anak tunanetra. Dalam keterbatasan mereka tetap bisa melakukan dengan maksimal,”
Program tersebut diberi nama Fun Art. Dengan mengadaptasi bentuk permainan tradisional dengan bentuk program latihan terapi fisik olahraga yang dibuat khusus untuk anak tunanetra. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2020.
Destiyani mengatakan, program pelatihan ini dengan metode berbasis permainan tradisional nusantara yang disesuaikan dengan karakteristik anak tunanetra. ”Pelatihan berbasis permainan tradisional dipilih untuk membudayakan kearifan lokal Indonesia melalui permainan” katanya.
Nur Afifah menjelaskan, permainan yang dilakukan untuk meningkatkan kebugaran siswa tunanetra itu di antaranya adalah Oray-orayan, Gebuk Banyu dan Terompa Panjang. Gebuk Banyu merupakan permainan yang lazim dilakukan pada perayaan HUT Kemerdekaan RI yaitu memukul air yang digantungkan dalam plastik. “Oray-orayan diadaptasi dari Jawa Barat dan Terompa Panjang dari Riau,” katanya.
Baca Juga:
Dia mengungkapkan, permainan tradisional Oray-orayan merupakan aktivitas ritmik berjalan dan berlari dengan durasi 20-30 menit. Pada permainan ini menstimulasi kerja paru dan jantung untuk bekerja lebih keras.
Aktivitas aerobik seperti ini memacu peningkatan daya tahan paru dan jantung sampai pada tingkat 70-80 persen denyut nadi maksimal, sehingga kapasitas kardiorespirasi anak tunanetra akan mengalami peningkatan. Pada permainan gebuk banyu anak-anak akan melakukan berbagai macam aktivitas seperti berjalan, jongkok, berlari, melompat dan memukul.
Komponen kebugaran jasmani yang menjadi sasaran pada permainan tradisional ini adalah kekuatan otot ekstremitas atas dan daya tahan kardio respirasi. Sedangkan pada terompa panjang melatih kekuatan otot tungkai dan daya tahan kardio respirasi anak-anak. []