Bupati Bantul Sebut Minim Literasi Memicu Mudah Tersulut Hoaks

  • Whatsapp
literasi bantul
Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bantul. (Foto: Pemkab Bantul)

Bantul – Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, literasi sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan literasi yang memadai bisa menghindari salah paham dan tidak mudah tersulut hoaks.

“Literasi ini bukan masalah yang sepele, mengapa? karena gara-gara rendahnya indeks literasi menjadi bangsa yang mudah tersulut oleh hoaks, mudah salah paham atau mengikuti paham yang salah,” kata bupati dalam talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bantul, Senin, 15 November 2021.

Read More

Abdul Halim mengatakan, literasi harus menjadi gerakan nasional mengingat semakin dahsyatnya dampak rendahnya literasi terhadap kehidupan. Tujuannya yakni agar tidak mudah menelan mentah-mentah informasi yang ada.

Baca Juga: Sambut Hari Santri 2021, Lesbumi Bantul Gelar Festival Literasi dan Musik

“Kita sudah terlalu mudah memakan mentah-mentah hoaks tanpa mau melakukan klarifikasi. Nah, tindakan klarifikasi itu merupakan salah satu gerakan literasi. Opo-opo kui ditabayunkan dan diklarifikasi,” kata Bupati.

Anggota Komisi X DPR RI My Esti Wijayati mengatakan, untuk meningkatkan literasi perpustakaan daerah harus diberi perhatian lebih. Perpustakaan adalah wajah literasi. Jika dalam pengelolaannya dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan indeks literasi di masyarakat.

Baca Juga: Dinas Kebudayaan DIY Gelar Kompetisi Bahasa dan Sastra Jenjang Pelajar dan Umum

Wakil rakyat dari Dapil Yogyakarta ini mengungkapkan, pengelolaaan perpustakaan tidak boleh setengah hati, tetapi bagaimana sepenuh hati termasuk dengan anggaran yang memadahi bisa mengembanggakan dan meningkatkan indeks literasi. “Perpustakaan daerah perlu diperhatikan, jangan sampai dianaktirikan. Perpustakaan itu menjadi wajah dari dunia pendidikan kita dan jendela dunia,” ungkapnya.

Dalam sambutannya, Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando mengatakan, masalah literasi di Indonesia bukan pada budaya membaca, namun pada jumlah rasio antara jumlah penduduk dengan ketersediaan buku yang ada.

Baca Juga: Tahun Ajaran Baru 2021-2022 se-Kabupaten Bantul Resmi Dimulai Serentak

“Masalah kita bukan pada budaya bacanya, tetapi masalah jumlah rasio antara jumlah penduduk dengan buku. Hasil sensus yang kami lakukan dua tahun terakhir, rata-rata satu buku ditunggu 90 orang,” kata dia.

Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan penandatanganan nota kesepakatan antara Perpustakaan Nasional RI dengan Pemkab Bantul. Selain itu, dilaksanakan pula penyerahan Pojok Baca Digital oleh Perpustakaan Nasional RI kepada Perpustakaan Desa Pertiwisari, Kalurahan Seloharjo, Kapanewon Pundong, Bantul. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *