BacaJogja – Berdasarkan pengamatan gejala fisis dan dinamika atmosfer – laut terkini menunjukkan bahwa angin di wilayah Indonesia selatan ekuator bertiup dari arah timur – tenggara mengindikasikan Monsun Australia semakin menguat. Diprediksi dalam periode Juli – September 2024 intensitas Monsun Australia semakin menguat.
Kepala Stasiun Klimatologi Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan, analisis Indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kategori netral. Prediksi Juli – September 2024 menunjukkan kondisi La Nina lemah. Dipole Mode Indeks (DMI) dalam kategori netral, diprediksi Juli – September 2024 dalam kategori positif. “Madden Julian Oscillation (MJO) diprediksi aktif di Samudera Hindia,” katanya dalam siaran pers, Rabu, 4 Juli 2024.
Baca Juga: Link Panduan Pendaftaran Beasiswa Baznas dan Muhammadiyah Rp7 Miliar
Menurut dia, analisis anomali suhu muka air laut di perairan selatan Yogyakarta 0.0°C sampai dengan 1.5°C atau normal hingga hangat bila dibandingkan dengan kondisi normalnya dengan suhu berkisar antara 26°C sampai 30°C. Diprediksi pada tiga dasarian ke depan (dasarian I – III Juli 2024), curah hujan di Yogyakarta berkisar antara 0 – 20 mm dengan kriteria rendah, dengan sifat hujan Bawah Normal (BN) – Atas Normal (AN).
Dalam tiga bulan ke depan, curah hujan di wilayah Yogyakarta diprediksi sebagai berikut:
1. Curah hujan bulan Juli 2024 diprediksi berkisar 0 – 50 mm (kriteria rendah) dengan sifat hujan seluruhnya Bawah Normal (BN)
2. Curah hujan bulan Agustus 2024 diprediksi berkisar 0 – 20 mm (kriteria rendah) dengan sifat hujan bervariasi Bawah Normal (BN) – Atas Normal (AN)
3. Curah hujan bulan September 2024 diprediksi berkisar 0 – 100 mm (kriteria rendah) dengan sifat hujan bervariasi umumnya Bawah Normal (BN) – Atas Normal (AN).
Baca Juga: Selepas Subuh Mobil Tabrak Pohon di Jalan Parangtritis Bantul
Prediksi Musim Kemarau 2024
Reny mengatakan, sifat Hujan selama Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta diprediksi seluruhnya Atas Normal (AN). Puncak Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024 dengan perincian 1 ZOM (12.5%) pada Agustus 2024 dan 7 ZOM (87.5%) pada Juli 2024.
Durasi Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta diprediksi antara 10 – 15 dasarian dengan perincian 10 – 12 dasarian meliputi 1 ZOM (12.5%) dan 13 – 15 dasarian meliputi 7 ZOM (87.5%). “Curah hujan pada Musim Kemarau 2024 di D.I Yogyakarta diprediksi berkisar antara 251 – 400 mm,” katanya.
Baca Juga: Empat Orang Tertimbun Tanah Longsor di Blitar, Dua Meninggal
Dia mengatakan, akhir Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta diprediksi pada:
– September dasarian I: Kabupaten Kulon Progo bagian utara
– September dasarian II: Kabupaten Kulon Progo bagian tengah dan selatan, Sleman bagian barat dan timur, Bantul bagian tengah dan selatan, Gunungkidul bagian utara dan barat daya.
– September dasarian III: Kabupaten Sleman bagian utara dan tengah, Kota Yogyakarta, Bantul bagian utara, Gunungkidul bagian tengah dan selatan.
Imbauan BMKG
BMKG menghimbau Pemerintah Daerah, institusi terkait dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap:
– Kemungkinan dampak puncak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan serta berkurangnya ketersediaan air bersih.
– Kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami musim kemarau dengan sifat curah hujan atas normal (lebih basah dibanding biasanya).
Baca Juga: Identitas Dua Jemaah Haji Kota Yogyakarta yang Meninggal di Tanah Suci
Untuk itu, terus update perkembangan dinamika atmosfer – laut yang cenderung berpotensi terjadi fenomena La Nina Lemah. Adanya fenomena tersebut menyebabkan adanya potensi terjadinya hujan pada periode musim kemarau, dengan kriteria hujan bervariasi, hujan ringan – lebat.
“Kondisi iklim saat musim kemarau dengan mempersiapkan pola tanam yang sesuai agar tidak mengalami gagal panen,” ujarnya. []