Warga Resah, Lapak Street Coffee Depan Masjid Syuhada Yogyakarta Diduga Jual Miras

  • Whatsapp
street coffee
Aktivitas street coffee di depan Masjid Syuhada Yogyakarta. (Ist)

BacaJogja — Aktivitas salah satu lapak Street Coffee yang beroperasi di depan Masjid Syuhada, Kotabaru, Yogyakarta, memicu keresahan warga dan jemaah. Tempat yang seharusnya menjadi ruang publik untuk istirahat dan bersosialisasi, diduga justru menjadi lokasi peredaran minuman keras (miras) secara ilegal.

Hidayat, salah satu jemaah Masjid Syuhada, mengungkapkan bahwa aktivitas Street Coffee tersebut dimulai setiap malam sekitar pukul 19.30 WIB dan baru bubar sekitar pukul 01.30 dini hari. Bahkan, menurutnya, kawasan tersebut benar-benar kosong baru sekitar pukul 02.30.

Read More

“Penemuan botol miras pada pagi harinya sudah menjadi hal biasa. Ini sangat memprihatinkan karena aktivitas itu berlangsung tepat di depan masjid dan di kompleks pendidikan Masjid Syuhada, yang terdiri dari SMA, SMP, SD, dan KBTK,” ujar Hidayat, Kamis, 1 Mei 2025.

Lebih lanjut, Hidayat menyebut bahwa jemaah Masjid Syuhada sempat mengumpulkan beberapa botol miras sebagai bukti untuk pelaporan apabila dibutuhkan di kemudian hari. “Kami menyimpan beberapa botolnya sebagai bukti,” ungkapnya.

Baca Juga: MK Putuskan: Kritik ke Pemerintah dan Korporasi Tidak Bisa Dijerat UU ITE

Selain itu, kegiatan ibadah seperti kajian usai salat Isya dan jemaah safar yang singgah juga terganggu. “Karena area parkir masjid dipenuhi oleh pengunjung Street Coffee,” imbuh Hidayat

Peristiwa Sejarah Masjid Syuhada

Situasi ini menjadi ironi mengingat lokasi Masjid Syuhada yang dikenal sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan Islam di jantung Kota Yogyakarta. Masjid ini berdiri kokoh sejak 1 Muharam 1372 H atau 20 September 1952, Masjid Syuhada menjadi salah satu ikon umat Islam di Yogyakarta. Terletak strategis di Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 13, masjid ini tidak hanya dikenal karena arsitekturnya yang khas, tetapi juga karena nilai historis yang melekat erat.

Baca Juga: Lonjakan Wisatawan Mancanegara di Yogyakarta dan Solo, Kereta Api Jadi Pilihan Favorit

Masjid ini dibangun untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam Peristiwa Pertempuran Kotabaru pada 7 Oktober 1945, sebuah perlawanan rakyat terhadap tentara Jepang. Sebanyak 21 jiwa syahid dan 32 lainnya terluka dalam peristiwa heroik itu.

Nama “Syuhada”—yang berarti para syahid—dipilih sebagai penghormatan bagi mereka yang gugur demi kemerdekaan, menjadikan masjid ini sebagai monumen spiritual perjuangan rakyat Yogyakarta.

Warga berharap pihak berwenang segera menindaklanjuti laporan ini demi menjaga kesucian lingkungan masjid dan kenyamanan jemaah serta warga sekitar. []

Related posts