BacaJogja – Di balik hamparan sawah Kulon Progo yang membentang tenang, sebuah transformasi besar tengah disiapkan. Bukan sekadar mengganti jenis tanaman atau mengubah pola tanam, tetapi sebuah lompatan berbasis ilmu pengetahuan: melon premium.
Ya, buah manis yang biasanya tumbuh di lahan terbuka itu, akan segera dibudidayakan dalam sistem greenhouse—lebih modern, lebih terukur, dan lebih menjanjikan. Melon premium ini digadang-gadang bakal menjadi ikon baru kabupaten Bumi Menoreh.
Semua bermula dari sebuah pertemuan hangat antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Senin (5/5) lalu di Gedung Binangun, kompleks Pemda Kulon Progo. Dipimpin langsung oleh Bupati Kulon Progo, Dr. Agung Setiawan, ST., M.Sc., M.M., dan Direktur Penelitian UGM Prof. Dr. Mirwan Ushada, pertemuan ini membicarakan satu hal penting: bagaimana hasil riset perguruan tinggi bisa benar-benar menyentuh dan mengubah kehidupan masyarakat di lapangan.
Baca Juga: Terobos Lampu Merah Jokteng Barat Yogyakarta, Panther Tabrak Mobil dan Jebol Rumah Warga
“Peran perguruan tinggi tidak berhenti di publikasi ilmiah,” ujar Prof. Mirwan. “UGM sebagai universitas kerakyatan punya tanggung jawab sosial untuk memastikan bahwa hasil risetnya memberi manfaat nyata, khususnya bagi masyarakat daerah.”
Dari diskusi itu lahirlah kesepakatan untuk mengembangkan komoditas unggulan: melon premium. Pilot project akan dilakukan di Field Research Center (FRC) UGM, sebagai titik awal penguatan sistem budidaya berbasis greenhouse. Di tempat ini, melon Kulon Progo akan diperlakukan istimewa—dengan kontrol suhu, kelembapan, dan pencahayaan yang cermat—demi menghasilkan buah berkualitas tinggi dengan daya saing global.
Bupati Agung menyambut positif inisiatif tersebut. Menurutnya, ini adalah peluang untuk mendorong petani berinovasi, keluar dari zona nyaman. “Kami ingin petani berani beralih dari kebiasaan lama ke pola tanam yang lebih modern. Greenhouse bisa jadi solusi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas,” katanya.
Namun, inovasi tentu tidak datang tanpa tantangan. Edukasi kepada petani, penguatan varietas melalui program pemuliaan bibit, hingga penanganan pascapanen dan strategi pemasaran, menjadi pekerjaan rumah bersama. Di sinilah kolaborasi UGM dan Pemkab menjadi penting—menggabungkan riset dan kebijakan, laboratorium dan lapangan, teori dan praktik.
Tak hanya melon, pembahasan juga merambah potensi komoditas strategis lain: ikan kerapu, telur Omega 3, kopi, kakao, vanili, kelapa, hingga durian. Bahkan, muncul wacana pemanfaatan lahan aerotropolis di sekitar bandara untuk pengembangan pertanian modern, meski tetap perlu kajian mendalam terutama soal keselamatan penerbangan akibat pantulan dari greenhouse.
Melalui kolaborasi ini, Kulon Progo tak hanya mengincar hasil panen yang manis, tapi juga masa depan petani yang lebih sejahtera. Dan jika semua berjalan sesuai rencana, bukan tidak mungkin ‘Melon Kulon Progo’ akan menjadi ikon baru dari kerja nyata antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal. []