Anak Buruh Tani ke Kampus Impian: Jejak Perjuangan Syfa di UGM dengan UKT Nol Rupiah

  • Whatsapp
Asysyfa Maisarah
Asysyfa Maisarah bersama orang tuanya. (UGM)

BacaJogja – Setahun yang lalu, kisah Asysyfa Maisarah menembus ruang-ruang media sosial, mengetuk hati banyak orang. Anak seorang buruh tani dari pelosok Sumatera Barat ini berhasil menjejakkan kaki di Universitas Gadjah Mada—salah satu kampus ternama di Indonesia.

Bukan sekadar diterima, Syfa, begitu ia biasa disapa, juga memperoleh beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) 0 rupiah. Perjalanan hidupnya menjadi simbol bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk meraih pendidikan tinggi.

Read More

Kini, setelah menjalani dua semester di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Syfa membuktikan bahwa semangat dan ketekunan bisa menembus batas. Dari anak desa ke mahasiswi perguruan tinggi ternama, Syfa melangkah dengan keyakinan bahwa pendidikan adalah jembatan menuju perubahan.

Baca Juga: Keracunan Massal MBG Jadi Sorotan, Ini Penjelasan Lengkap Pakar Keamanan Pangan UGM

Langkah Awal yang Penuh Haru

“Perasaan Syfa antara senang, sedih, takut, khawatir, semuanya campur aduk menjadi satu,” kenang Syfa saat pertama kali tiba di Yogyakarta. Tak ada keluarga, tak ada kerabat. Hanya ada semangat dan doa yang ia bawa dari kampung halaman.

Meninggalkan rumah untuk pertama kalinya, Syfa dihadapkan pada ketidakpastian. Namun semua kekhawatiran itu sirna perlahan saat ia berdiri di depan Gedung Pusat UGM, memandang ikon-ikon kampus dengan mata berkaca-kaca.

Memasuki dunia perkuliahan bukan perkara mudah. Syfa mengaku sempat merasa tertinggal pada semester pertama. Buku teks asing, diskusi kelas, hingga tugas yang kompleks sempat membuatnya stres. “Di awal semester satu kemarin itu Syfa sempat minder dan juga stres karena ada di beberapa hal yang Syfa tidak paham namun teman-teman itu sudah melaju lebih jauh,” ujarnya.

Namun alih-alih menyerah, ia menjadikan itu sebagai bahan bakar perjuangan.

Baca Juga: Viral! Pria Gondrong Curi Celana Dalam Perempuan di Sleman, Aksinya Terekam CCTV

Tak puas hanya belajar di ruang kelas, Syfa aktif dalam berbagai kegiatan kampus—forum, seminar, hingga kepanitiaan. Ia bahkan sempat bersalaman dan berfoto dengan Anies Baswedan dalam salah satu kunjungan tokoh nasional ke UGM. “Pengalaman seperti ini membuka wawasan Syfa tentang masa depan,” katanya sambil tersenyum.

Beasiswa: Ruang Aman untuk Bertumbuh

Baginya, beasiswa UKT 0 bukan sekadar keringanan biaya, melainkan pintu menuju kehidupan yang lebih tenang. Tanpa beban finansial, Syfa bisa fokus belajar dan mengembangkan diri. “Beasiswa ini sangat-sangat memiliki pengaruh besar ke perjalanan kuliah Syfa,” ucapnya. Di balik prestasi yang ia ukir, ada orang tua yang bekerja keras dan harapan yang tak pernah padam.

Sebagai anak rantau, Syfa tak jarang dirundung rindu dan kelelahan. Namun semangat selalu kembali setiap kali ia mendengar suara orang tuanya. “Komunikasi singkat saja bisa jadi penyelamat di hari-hari terberat,” katanya. Mimpi terbesarnya adalah lulus dengan prestasi, mendapatkan pekerjaan yang layak, dan membantu keluarganya keluar dari jerat kemiskinan. “Keadaan keluarga Syfa jelas menjadi motivasi terbesar,” tegasnya.

Baca Juga: Cocote Tonggo: Rekomendasi Film Kocak Sarat Budaya Sudah Tayang di Bioskop Yogyakarta

Pesan untuk Anak-anak di Pelosok: Mimpi Itu Layak Diperjuangkan

Menutup ceritanya, Syfa menyampaikan pesan kepada adik-adik di kampung halamannya: jangan takut bermimpi besar. “Kita boleh memasang cita-cita setinggi apapun dan kita berhak untuk memperjuangkannya,” katanya mantap. Ia ingin menjadi contoh nyata bahwa mimpi besar juga bisa tumbuh dari ladang-ladang yang jauh dari kota.

Pendidikan untuk Semua

Kisah Syfa adalah satu dari ratusan wajah harapan yang dibentuk oleh kebijakan inklusif UGM. Sepanjang 2024, UGM telah memberikan subsidi UKT 100% kepada 555 mahasiswa. Ini bukan sekadar angka, tapi bukti komitmen nyata universitas kerakyatan terhadap keadilan sosial dalam pendidikan tinggi.

UGM percaya bahwa mimpi tidak boleh terhalang oleh dompet. Bahwa masa depan bangsa ditentukan oleh seberapa luas kita membuka pintu bagi mereka yang ingin belajar dan maju, tak peduli dari mana mereka berasal.

Syfa telah membuktikan satu hal penting: mimpi itu tidak mengenal asal usul. Yang diperlukan hanyalah keberanian untuk melangkah dan keteguhan untuk bertahan. []

Related posts