Perjanjian Giyanti, Kasultanan Mataram, dan Sejarah Hari Lahir Daerah Istimewa Yogyakarta

  • Whatsapp
ilustrasi perjanjian giyanti
Pangeran Mangkubumi/Sri Sultan HB I dan Perjanjian Giyanti. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Tanggal 13 Maret 1755 ditetapkan sebagai Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penentuan tanggal lahir DIY itu bertepatan dengan peristiwa bersejarah Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat atau separuh Nagari Mataram.

Penghageng II Tepas Purwoajilaksana Keraton Yogyakarta KRT. Purwowinoto mengatakan, peristiwa Hadeging Nagari sekaligus menandai berdirinya negara dan pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan segala komponennya meskipun belum mempunyai istana atau ibu kota kerajaan.

Read More

Dia mengatakan, awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 atau abad ke 18. Usai dilakukan ratifikasi, peristiwa yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta tersebut tidak otomatis dipilih sebagai hari lahir bagi DIY.

Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Yogyakarta Hadiningrat

Pria bernama lahir Ronni Mohamad Guritno ini menceritakan, tepat sebulan setelahnya, 13 Maret 1755, Kamis Pon, 29 Jumadil Awal tahun Be 1680, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I memproklamirkan Hadeging Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Pesanggrahan Garjitowati.

“Peristiwa bersejarah inilah yang menjadi cikal bakal tanggal 13 Maret 1755 akhirnya ditetapkan menjadi Hari Jadi DIY,” ujarnya saat ditemui di Keraton Kilen belum lama ini.

Ronni menyatakan Sultan HB I mengumumkan secara resmi daerah kekuasaannya dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat dalam kesempatan tersebut. Lokasinya di Hutan Beringan atau Pabringan yang terdapat sebuah umbul atau mata air Pacethokan dan Pesanggrahan Garjitowati. Pembangunan pasanggrahan tersebut diprakarsai Sunan Amangkurat IV kemudian diteruskan Sunan Pakubuwono II sampai rampung.

Baca Juga: Banyak Daerah Bernama Kauman di Pulau Jawa, Ini Sejarahnya

Setelah pembangunan selesai pesanggrahan tersebut diubah namanya menjadi Ayodhya. Nama Ayodhya ini kemudian dilafalkan menjadi Ngayodhya dan Ngayogya. Dari kata inilah kemudian menjadi Ngayogyakarta Hadiningrat yang berarti tempat yang baik dan sejahtera yang menjadi suri tauladan keindahan alam semesta.

Ronni menyatakan, sebelum mendirikan keraton, Sultan HB I mula-mula bertempat tinggal di Ambarketawang pada 9 Oktober 1755. Di tempat ini, Sultan HB I mencari tanah yang cocok dijadikan ibu kota. Pada akhirnya ditemukan Hutan Beringan di antara Sungai Winongo dan Sungai Code. Beliau tinggal di sana sambil menyiapkan rencana ibu kota kerajaan yang akan dibangun.

“Dengan berbagai macam studi pada zaman itu dan kepiawaiannya dalam arsitektur maupun pembangunan perkotaan, Sultan HB I menentukan bahwa Hutan Beringin yang ada sumber air merupakan tempat yang paling ideal sebagai ibu kota kerajaan atau keraton,” jelasnya.

Baca Juga: Cerita Angkringan Nyiwiji Temanggung Bangun dari Keterpurukan Akibat Pandemi

Kepala urusan rumah tangga keluarga Sultan HB X ini mengatakan, Keraton Yogyakarta memberikan apresiasi kepada Pemda DIY yang telah berjuang mengupayakan ditetapkannya Hari Jadi DIY setelah melalui berbagai macam kajian.

Penetapan Hari Jadi DIY sangat penting agar DIY mempunyai asal usul yang jelas sebagaimana daerah-daerah yang lain yang telah mempunyai hari lahir. “Keberadaan hari jadi memiliki arti penting bagi masyarakat dan Pemda DIY untuk memantapkan jati diri sebagai landasan yang menjiwai gerak langkah ke masa depan. Penetapan hari jadi juga akan melengkapi identitas diri DIY,” paparnya.

Menuruy dia, manfaat hari jadi tak sekadar mengadakan kegiatan-kegiatan guna menghabiskan anggaran semata sebagai wujud simbolisasi. Namun peringatan hari lahir sekaligus memahami nilai-nilai Hari Jadi DIY itu sendiri yang justru merupakan kekayaan batin.

Baca Juga: Hadeging Keraton Yogyakarta ke-275, Sejarah Asal Usul dan Rangkaian Acara Perayaan

“Tentunya banyak kajian dan indikasi yang digunakan dalam sejarah. Untuk itu, apa yang akan direncanakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat DIY tetap diperlukan adanya kajian kedepannya,” imbuhnya.

Keraton Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman berharap dilibatkan dalam peringatan Hari Jadi DIY tersebut guna memberikan masukan dan arahan serta harapan dan tujuan yang lebih mulia. Dengan demikian keraton dan kadipaten dapat berperan dalam memperingati ataupun mengisi kegiatan Hari Jadi DIY di kemudian hari. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *