BacaJogja – Persoalan penanggulangan stroke tampaknya akan selalu membutuhkan perhatian serius dari semua kalangan. Bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melalui unit-unit stroke yang selama ini telah dibuka dan dilayani di rumah sakit pemerintah maupun swasta, keluarga pun memegang peranan penting dalam upaya pencegahan stroke sejak dini. Terlebih kini muncul fenomena baru: anak remaja pun bisa terkena stroke.
“Penanggulangan stroke harus dilakukan oleh semua pihak. Ketika kita menyatakan perang semesta melawan stroke, maka kita semua memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan akan bahaya stroke dengan cara mencegahnya,” kata dr. Paryono, Ketua Yayasan Stroke Indonesia Cabang DIY, pada Musycab 2025 di Sanggar Yastroki, Embung Tambakboyo, Condongcatur, Sleman, Senin (14/4/2025).
Baca Juga: Suara Hati Ayah Sheila Amelia, Mahasiswi UGM yang Ditemukan Meninggal di Lereng Lawu
Pada Musycab Yastroki tersebut, selain mendengarkan laporan pertanggungjawaban pengurus (termasuk laporan keuangan yang sudah diaudit), juga dibahas sekaligus program kerja untuk kepengurusan mendatang. Para peserta secara aklamasi menunjuk dr. Paryono, AR Iskandar, dan Bambang Hindrarso sebagai tim formatur.
Dalam sesi diskusi, beberapa penyintas stroke—atau sering disebut sebagai strokers—berbagi kisah perjuangan melawan stroke. Banyak dari mereka sempat merasa frustrasi karena proses penyembuhan stroke sangat panjang.
“Rasanya kita hanya ingin menghitung hari, kapan kematian tiba. Pasrah dan sudah tak memikirkan kehidupan dunia,” ujar AR Iskandar. Ia bersyukur motivasi dari istri dan anak-anak membuat semangatnya untuk sembuh tetap menyala dan penuh ketelatenan.
Baca Juga: Cerita Sheila Amelia Christanti: Jejak Terakhir Mahasiswi UGM dan Kenangan yang Tersisa
“Peran keluarga sangat besar dalam menyembuhkan seseorang dari penyakit stroke,” tambah tokoh yang akrab disapa Pak Pepi ini. Setelah bertahun-tahun berjuang, ia kini hampir sembuh secara sempurna. Kuncinya, selain dukungan keluarga yang kuat, juga kemauan untuk berolahraga bersama para penyintas stroke.
Dari semangat itu, terbentuklah di Yogyakarta komunitas Happy Embung. Puluhan penyintas stroke berkumpul di Embung Tambakboyo setiap Selasa dan Sabtu pagi untuk saling menguatkan melalui berbagai terapi. Ada senam BEP Power, senam manula, terapi fisik, menyanyi bersama, tertawa, dan gojekan ala strokers.
Kini komunitas stroke di bawah naungan Yayasan Stroke Indonesia DIY telah memiliki Joglo Yastroki sebagai tempat berbagi cerita dan pengalaman. Siapa pun yang datang tidak dikenai biaya. Berkat kolaborasi dengan rumah sakit dan perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, sering diadakan aksi terapi dan penanggulangan stroke secara medis maupun nonmedis.
Baca Juga: Viral Pencurian Tabung Gas di Tempel Sleman Terekam CCTV, Pelaku Gunakan Motor Curian
Program-program di Joglo Yastroki antara lain:
- Happy Embung Tambakboyo (komunitas stroke, lansia, dan peduli sehat),
- De’ Lans Lover (komunitas caregiver, nyanyi, dan gerak),
- BEPers Tambakboyo (komunitas olah napas dan gerak),
- Sobat ODOS (komunitas ngaji One Day One Sheet),
- serta Pasar Embung Tambakboyo (wadah usaha keluarga penyintas stroke).
Salah satu tim formatur, Bambang Hindrarso, berharap banyak kalangan, terutama anak muda, mau berperan aktif menyelamatkan bangsa dari ancaman stroke. Ia berharap lebih banyak tenaga medis dan caregivers muda menjadi penyelamat bagi orang-orang yang berisiko menjadi penyintas stroke.
“Kepedulian sejak dini menjadi kunci. Jangan sampai penyintas stroke menderita lebih berat karena tidak ada yang peduli dari keluarga dan orang sekitar. Jangan sampai anak remaja atau anak muda sudah kena stroke karena pola asuh yang salah, pola makan yang buruk, dan gaya hidup yang keliru, yang pada akhirnya berujung pada penyesalan,” pesan Bambang yang juga merupakan seorang strokers. []