Menjelajah Rasa di Kulon Progo: 6 Kuliner Legendaris yang Menyimpan Cerita

  • Whatsapp
kuliner kulon progo
Kuliner khas Kulon Progo (Ist)

BacaJogja – Di balik sejuknya kabut pagi dan rimbunnya Perbukitan Menoreh, Kulon Progo menyimpan harta karun kuliner yang tak hanya menggoda lidah, tapi juga membangkitkan kenangan masa kecil. Di kabupaten yang dikenal dengan keindahan alamnya ini, setiap makanan adalah cerita. Setiap suapan adalah nostalgia.

Tak banyak yang tahu bahwa selain pesona alamnya, Kulon Progo adalah rumah bagi sederet makanan tradisional yang unik, langka, dan sarat makna budaya. Mari menjelajah rasa—dari tepian Sungai Progo hingga sudut pasar desa—tempat di mana aroma, rasa, dan kenangan melebur jadi satu.

Read More

1. Geblek & Tempe Besengek: Duet Ikonik dari Pengasih

Geblek mungkin jadi nama pertama yang muncul jika menyebut kuliner khas Kulon Progo. Berwarna putih kenyal, terbuat dari tepung tapioka dan bawang putih, geblek terasa gurih ringan saat disantap hangat. Namun, keistimewaannya terasa lengkap saat dipasangkan dengan tempe besengek.

Baca Juga: Ustaz Yahya Waloni Meninggal Saat Khutbah Jumat di Makassar, Ini Profil dan Perjalanannya

Tempe besengek dimasak dengan bumbu santan, lengkuas, ketumbar, dan daun salam. Rasanya gurih dengan sentuhan pedas-rempah yang khas. Pasangan ini bisa ditemukan di Pasar Wates, Pasar Sentolo, hingga warung-warung tradisional di Pengasih dan Nanggulan—bahkan kerap muncul di acara hajatan desa.

2. Growol & Kethak: Sarapan Ndeso yang Kembali Naik Daun

Growol adalah singkong fermentasi yang diiris tipis dan disajikan dengan parutan kelapa. Rasanya asam-gurih, sangat khas, dan penuh kejutan. Ia nyaris tak lengkap tanpa kethak—tempe semangit yang digoreng kering dan diberi bumbu manis pedas.

Duo klasik ini dulunya adalah menu sarapan wajib warga desa. Kini, ia mulai viral kembali dan diburu para penikmat kuliner lawas. Ingin mencicipinya? Datanglah pagi-pagi ke Pasar Sentolo, Pasar Wates, atau warung-warung tradisional di Kecamatan Pengasih dan Nanggulan.

3. Dawet Sambel: Ketika Pedas Menyatu dalam Cendol

Bayangkan dawet yang tidak manis, tapi pedas menggigit. Itulah dawet sambel—sensasi kuliner ekstrem khas Kulon Progo. Cendol kenyal dari tepung pati disiram sambal bawang yang terbuat dari cabai, bawang putih, dan sedikit asam jawa.

Hasilnya? Rasa gurih-pedas-segar yang memancing rasa ingin tahu siapa pun yang mencobanya. Dawet sambel bisa ditemukan di Dusun Pripih, Kalurahan Banjarasri, Kalibawang, terutama pada pagi hari. Juga kerap hadir di pasar tiban dan event kuliner tradisional.

Baca Juga: Drama Sapi Lepas Jelang Iduladha: Ketika Jogja Tak Hanya Tentang Kurban, Tapi Juga Cerita

4. Wandene Mbah Sri Manthe: Hangatnya Rasa, Hangatnya Kenangan

Di wilayah Kalibawang, ada warung sederhana yang pelanggannya datang bukan hanya karena rasa, tapi juga karena cerita. Wandene Mbah Sri Manthe menyajikan wandene—sayur kuah santan sederhana yang dipadukan dengan ikan wader goreng renyah.

Disajikan hangat bersama nasi putih, lauk ini seolah membawa pulang siapa pun pada masa kecil dan kehangatan meja makan keluarga. Mbah Sri bukan hanya menjual makanan, tapi juga rasa rindu pada kampung halaman.

5. Mangut Beong: Cita Rasa Sungai yang Menyala

Sungai Progo menyimpan ikan beong—ikan air tawar yang dagingnya lembut dan gurih. Di tangan warga Kulon Progo, ikan ini disulap menjadi mangut beong: olahan kuah santan pedas yang kaya rempah.

Mangut beong banyak ditemukan di Kalibawang, terutama dekat kawasan ziarah Makam Nyi Ageng Serang. Aromanya tajam, rasanya kuat, dan jadi salah satu menu favorit pelancong yang ingin mencicipi kuliner otentik dari sungai.

6. Wedang Ronde Menoreh: Penutup Malam yang Sempurna

Saat malam mulai turun dan udara sejuk Menoreh menyelimuti, tak ada yang lebih pas dari semangkuk wedang ronde. Kuah jahe gula merah yang hangat, berpadu dengan bola ketan isi kacang dan kolang-kaling, menjadi penutup sempurna setelah seharian menjelajah rasa.

Minuman ini bukan sekadar penghangat tubuh, tapi juga penghangat suasana. Ia menyatukan cerita, tawa, dan kenangan di tengah udara dingin pegunungan.

Baca Juga: Dari Istana ke Wonokromo: Si Bagong, Sapi Kurban Presiden Disembelih di Bantul

Kulon Progo bukan hanya destinasi visual. Ia adalah ruang rasa, memori, dan kehangatan. Dari geblek yang sederhana, growol yang mengenyangkan, hingga dawet sambel yang mengguncang lidah, semua menyimpan cerita tentang identitas dan kebanggaan lokal.

Karena di Kulon Progo, makanan bukan sekadar untuk disantap—tapi untuk dirasakan, diingat, dan diceritakan kembali. []

Related posts