Penjelasan Prof UGM Karna Wijaya soal Unggahan Ade Armando yang Bikin Gaduh

  • Whatsapp
UGM Yogyakarta
UGM Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Profesor UGM Yogyakarta Karna Wijaya menjelaskan duduk perkara atas unggahannya di laman Facebook miliknya soal Ade Armando yang ikut demonstrasi mahasiswa pada 11 April 2022. Unggahan tersebut menimbulkan kegaduhan karena diduga berisi ujaran kebencian.

Karna Wijaya melalui siaran pers memohon maaf khususnya kepada UGM dan umumnya kepada khalayak publik atas kegaduhan yang terjadi di publik akibat adanya postingan di laman FB-nya. Postingan mengakibatkan semacam pencemaran nama baik UGM di mata publik.

Read More

“Demi memulihkan marwah UGM dan untuk klarifikasi bagi semua pihak, perlu saya luruskan bahwa postingan tersebut sebenarnya berisi keprihatinan saya terhadap peristiwa yang menimpa AA saat demonstrasi mahasiswa tanggal 11 April yang lalu, namun oleh sebagian fans AA dipersepsikan sebagai bentuk penghinaan,” jelasnya, Senin, 18 April 2022.

Baca Juga: Daftar Enam Nama Bakal Calon Rektor UGM Yogyakarta Periode 2022-2027

Dia menjelaskan, sebagai seorang pakar komunikasi, AA telah gagal memahami situasi emosional yang tengah berkembang di masyarakat sehingga yang bersangkutan mengalami peristiwa yang memalukan di tengah-tengah demonstrasi. Hal inilah yang membuat saya melontarkan komentar itu.

“Seperti yang saya sebutkan di atas, sebenarnya postingan tersebut hanya dilakukan di laman FB saya, namun ada seseorang berinisial JS yang bukan anggota FB saya, kemungkinan men-share postingan tersebut di group FB Kagama sehingga menimbulkan kegaduhan atau diskusi yang panas di grup tersebut,” paparnya.

Baca Juga: Selain Takjil, Ini 15 Acara Keren di Mardliyyah Islamic Center UGM Selama Ramadan

Dari grup tersebut, postingan yang kemungkinan telah tersebar ke grup-grup lain sehingga menjadi bola panas liar dan menimbulkan kegaduhan di wilayah publik. “Karena panasnya diskusi di FB Kagama tersebut, Dekan FMIPA UGM secara arif meminta saya untuk segera menghapus postingan di laman FB saya dan saya segera melakukan penghapusan postingan tersebut,” kata Prof Karna.

Dia mengaku tidak tahu apa maksud dan modus JS mengcapture postingannya kemudian mensharenya ke FB Kagama. “Jika dia tidak suka dengan postingan tersebut seharusnya meminta ke admin FB untuk memberi teguran ke saya atau dia dapat menghubungi saya langsung untuk menyatakan keberatannya,” ungkapnya.

Baca Juga: Pendapat Pakar UGM Yogyakarta soal Kenaikan Harga Pertamax

Prof Karna mengungkapkan, sebenarnya postingannya selama ini tidak melulu kritikan terhadap Ade Armando, tetapi mencakup postingan lain terkait fenomena sosial, ekonomi dan sainstek, seperti masalah klitih, pembegalan, pencemaran lingkungan, masalah migor dan lain lain.

Namun yang dipermasalahkan oleh fans Ade Armando adalah postingan yang terkait dengan Ade Armando saja dan digoreng di media-media sosial sehingga menimbulkan respons kemarahan publik. “Barangkali yang membuat kemarahan fans Ade Armando adalah pemilihan diksi kalimat saya dalam postingan tersebut, yang menimbulkan adanya persepsi yang beragam,” ujarnya.

Baca Juga: Konflik Wadas Purworejo, Negara Perlu Libatkan Warga dan Keterbukaan Informasi

Prof Karna sekali menegaskan, diksi yang dipilih tidak mengekspresikan kebencian terhadap Kasus Ade Armando, namun sebuah ekspresi keprihatinan terhadap kelakuan Ade Armando yang masih condong menyuarakan adanya perpecahan dan keterbelahan di dalam masyarakat. Semestinya sebagai intelektual, AA lebih mendorong adanya integrasi dan kerukunan sosial dalam semua aspek kehidupan berbangsa.

Lebih lanjut Prof Karna mengungkapkan, tentang adanya kata “sembelih” dalam postingan di FB Kagama kemungkinan hasil editan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Kata tersebut tidak ada pada postingan tentang Ade Armando tetapi dari postingan lain yang tidak terkait sama sekali dengan Ade Armando.

Baca Juga: UGM Yogyakarta Terima Hibah Light Truck Rp293 Juta dari Hino Indonesia

Selain itu, kata Prof Karna, tentang foto sembilan orang dengan komentar dicicil satu persatu oleh massa bukan penghinaan. Namun ekspresi keprihatinannya terhadap perilaku orang-orang tersebut yang menyebabkan kegaduhan di masyarakat dan sangat berpotensi akan dilawan oleh massa sebagaimana dialami Ade Armando.

“Terlepas dari apa yang telah terjadi, saya sekali lagi menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Keluarga Besar UGM dan khalayak publik karena postingan di FB saya tersebut, telah membawa nama UGM secara tidak langsung ke dalam kegaduhan publik tersebut,” jelasnya. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *