Menyoal Destinasi Wisata Alam di Yogyakarta yang Masih Banyak Blank Spot

  • Whatsapp
diskusi pariwisata jogja
Jumpa pers di sela Seminar Paradoks Pembangunan Pariwisata dan Pengendalian Kawasan Lindung di UC UGM, Rabu, 23 Maret 2022. (Foto: BacaJogja)

Yogyakarta – Kepala Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional (PSPPR) UGM Yogyakarta Bambang Hari Wibisono menyatakan, destinasi wisata alam di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin berkembang pesat. Namun, sampai saat ini masih banyak destinasi wisata alam yang tidak memiliki jaringan internet alias blank spot.

Mengutip data di Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, setidaknya masih ada 150 area blank spot. Tanpa jaringan internet ini antara lain di lereng Gunung Merai, perbukitan Menoreh, Pegunungan Seribu dan kawasan pantai yang kini berkembang menjadi destinasi wisata alam.

Read More

Baca Juga: Cocok Budjet Minim, Satu TPR Bisa Menikmati 8 Pantai Keren di Gunungkidul Yogyakarta

Menurut Bambang, saat ini belum terlihat ketersediaan infrastruktur untuk mengidentifikasi blank spot di tempat-tempat wisata sehinggapotensi bencana belum terdekteksi dengan baik. “Kondisi geografis di DIY yang beragam ini harus disiasati untuk pengembangan jaringan komunikasi. Anggaran untuk pembagunan EWS juga harus dilakukan mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu di DIY,” katanya di sela Seminar Paradoks Pembangunan Pariwisata dan Pengendalian Kawasan Lindung di UC UGM, Rabu, 23 Maret 2022.

Dia mengungkapkan, pengembangan infrastuktur sangat penting untuk memberikan kepastian keselamatan wisatawan atau pengunjung destinasi wisata alam. “Jangan sampai kasus wisata alam di Jember yang membuat 10 orang meninggal pada pertengahan Februari 2022 lalu terjadi lagi akibat ketidaktahuan kondisi cuaca di pantai,” ujarnya.

Baca Juga: Rekomendasi Tujuh Wisata Malam Keren di Bantul dan Gunungkidul

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY, GKR Bendara mengungkapkan perlu sinergitas bersama antara kabupaten dan kota serta provinsi dalam menangani area blank spot di kawasan wisata alam. Tujuannya agar wisatawan memiliki informasi yang jelas terkait kondisi kawasan wisata yang didatangi.

Menurut dia, selama ini sering kali wisatawan mengeluhkan destiasi wisata lebih banyak ke media sosial lalu viral. Sebenarnya, Yogyakarta sudah punya pusat informasi di Visiting Jogja bisa menjadi akses satu pintu bagi wisatawan. “Wisatawan bisa mengeluhkan di situ, tapi memang belum ada respons balik satu kali 24 jam bagi wisatawan sebagai sistem terpadu,” tandasnya.

Baca Juga: Mbulak Wilkel Bantul, Destinasi Wisata Asyik di Kaki Perbukitan Seribu

Putri kelima Sri Sultan HB X ini mengungkapkan, terkait destinasi wisata yang masih blank spot sebenarnya juga ada sisi baiknya. Wisatawan bisa enjoy dan intens menikmati wahana yang ada, tidak hanya selfie-selfie lalu upload di media sosial. “Namun di area blank spot ini pengelola perlu menyiapkan perangkat komunikasi yang ada, agar bisa berkomunikasi jika ada sesuatu,” ungkapnya.

Ketua Komisi B DPRD DIY Danang Wahyu Broto menyatakan, legislatif siap ambil bagian menjalin komunikasi lintas sektor dan memaksimalkan destinasi pariwisata DIY. Secara regulasi, persoalan pariwisata bisa diselesaikan karena saat ini semua aturan sudah dibuat dan memayungi segala sektor wisata DIY.

Baca Juga: 10 Spot Foto Instagramable Gratis di Sepanjang Sumbu Filosofi Yogyakarta

Menurut dia, sebenarnya Pemda dan DPRD DIY sudah mengeluarkan regulasi terkait kepariwisataan yang sudah lengkap. Namun, hal itu kurang tersosialisasi dengan baik. “Jadi problemnya ada pada hambatan komunikasi, karena secara prinsip payung hukum sudah ada dan merangkul semua pihak,” ujarnyaa. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *