5 Rekomendasi Event Budaya di Yogyakarta Juni 2023

  • Whatsapp
grebeg besar keraton yogyakarta
Tradisi Garebeg Besar Keraton Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Selama Bulan Juni 2023 banyak event menarik yang digelar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Cocok bagi Anda yang sedang berwisata di Kota Budaya Yogyakarta.

Redaksi BacaJogja merekomendasikan lima event budaya yang digelar di Yogyakarta selama Juni 2023 ini, yang wajib Anda saksikan. Adapun lima event tersebut yakni:

Read More

Festival Van Der Wijck
Event ini merupakan pesta rakyat yang memadukan antara pertanian dan pariwisata. Menyuguhkan beragam pertunjukkan yang kental budaya serta masyarakat yang berkarakter unik. Acara digelar di Kanal Van Der Wijck atau Buk Renteng Padukuhan Tangisan, Kalurahan Banyurejo, Kecamatan Tempel.

Baca Juga: Artotel Yogyakarta Gelar Pameran Seni bersama Nadia Diandra dan Oka “Setsu”

Biasanya rangkaian acara pada Festival Kirab antara lain upacara adat Memetri, Wiwitan, pergelaran seni petunjukan pasar Buk Renteng, Workshop, pmeran fotografi serta sarasehan.

Perhelatan tersebut akan menonjolkan aktivitas pertanian dan suguhan panorama desa serta budaya kehidupan masyarakat petani yang ramah di Sleman Barat. Event ini digelar pada 2-3 Juni 2023.

Upacara Adat Mbah Jobeh

Mbah Jobeh adalah sosok yang dikeramatkan di Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, Yogyakarta. Penamaan Jobeh berasal dari kata Ijo Kabeh alias hijau semua.

Tiap musim panen tiba, masyarakat desa setempat menggelar ziarah atau upacara nyadran di petilasan Mbah Jobeh. Upacara nyadran dengan sesaji berawal dari cerita yang dipercaya oleh masyarakat setempat.

Baca Juga: Update Lengkap Kalender Event Yogyakarta Mei 2023

Konon, Mbah Jobeh adalah seorang petapa yang menurut cerita dan silsilah masih saudari dari Ki Ageng Selo. Mbah Jobeh melakukan babat alas hingga menjadi cikal bakal Pedukuhan Petir. Warga setempat menganggap Mbah Jobeh sang petapa tersebut moksa. Petilasannya menjadi tempat yang dikeramatkan oleh warga sekitar.

Tradisi Jodhangan Gua Cerme

Acara ini merupakan upacara tradisional Bersih Desa dan Jodhangan yang di Pelataran Gua Cerme, Selopamioro, Imogiri, Bantul Yogyakarta. Biasanya ada 18 Jodhang yang dikirab.

Tradisi turun-temurun ini. sebagai ungkapan syukur kepada tuhan atas limpahan rejeki dan keselamatan bagi warga pedukuhan Srunggo I dan II. Sekaligus untuk mensyukuri hasil panen warga yang melimpah.

Baca Juga: Daftar Event di Yogyakarta Bulan Mei 2023

Ritual Jodhangan di Gua Cerme digelar tiap hari Minggu Pahing bulan Besar dalam penanggalan Jawa. Tahun ini digelar pada 25 Juni 2023. Warga setempat dan wisatawan antusias memadati upacara tradisi ini.

Perayaan Peh Cun

Tradisi perayaan Peh Cun digelar di Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Peh Cun yang punya makna wujud rasa syukur atas berkah yang melimpah. Selain itu juga dimeriahkan dengan kesenian barongsai, liong serta tradisi mendirikan telur hingga tarian

Peh Cun sendiri merupakan sebuah peristiwa ketika matahari bersinar paling terang. Dimana oleh etnis Tionghoa momentum itu berarti membawa berkah yang besar pula. Tradisi ini sebagai wujud syukur pada musim kemarau sekaligus mengenang negarawan Tiongkok, Qu Yuan sebagai orang yang pandai dan jujur mengabdi pada negaranya.

Baca Juga: Agenda Kegiatan Masyarakat di Kota Jogja, Sleman dan Bantul Hari Ini

Perayaan Peh Cun dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Tahun ini dalam kalender Masehi digelar 26 Juni 2023.

Garebeg Besar Keraton Yogyakarta

Garebeg Besar merupakan Hajad Dalem Keraton Yogyakarta yang digelar setiap 10 Dzulhijjah atau dalam bulan Besar dalam Bahasa Jawa untuk memperingati Hari Raya Idul Adha.

Baca Juga: Pukau Wisatawan Yogyakarta, Ini Foto-foto Semarak Sarkem Fest 2023

Tradisi ini identik dengan gunungan hasil bumi yang diarak oleh prajurit atau bregada Keraton. Ada tujuh gunungan yang diperebutkan di tiga lokasi; yakni Masjid Gedhe Kauman lima gunungan, Puro Pakualaman dan Kompleks Kepatihan masing-masing satu gunungan.

Garebeg Besar ini pertama kali digelar sejak kepemimpinan Sri Sultan HB I pada tahun 1725 Masehi. Upacara ini merupakan perpaduan Budaya Jawa dan Islam. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *